Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Sabtu, 04 Januari 2014

MEKANISME PERSEPSI ; PENDENGARAN, PERABAAN, PENCIUMAN, PENCECAPAN, DAN ATENSI



MEKANISME PERSEPSI ; PENDENGARAN, PERABAAN, PENCIUMAN, PENCECAPAN, DAN ATENSI

 

Mata Kuliah : Biopsikologi

DISUSUN OLEH :
CAHYANINGSIH                            46113310014
BUNGA ANNISA                            46113310043
YULIAN                                            46113310009


DOSEN PENGAMPU
RIZKI DAWANTI M.Psi,Psi


JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2013


BAB 1
PENDAHULUAN

Menurut kamus besar kata mekanisme dapat diartikan sebagai cara kerja. Sedangkan persepsi adalah suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut.
Dalam bab ini akan dibahas Mekanisme persepsi yang difokuskan pada empat dari lima exteroceptive sensory system (system pengindraan eksteroseptif). Yaitu:
1.      System auditori (pendengaran)
2.      System somatosensori (Perabaan)
3.      System olfaktori (Penciuman)
4.      System gustatorik (Pencecapan)
5.      Mekanisme atensi

I.         Prinsip-Prinsip Organisai Sistem Sensori
Menurut konvensi, daerah-daerah sensori korteks terdiri dari 3 tipe yang satu sama lain berbeda secara fundamental. Yakni:
1.      Korteks sensori primer sebuah system
Daerah korteks sensori yang menerima sebagian besar inputnya secara langsung dari nuclei penghantar talamik system tersebut.
2.      Korteks sensori sekunder
Sebuah system yang mencakup daerah-daerah korteks sensori yang menerima sebagian besar inputnya dari korteks sensori primer system itu atau dari daerah-daerah lain dalam korteks sensori sekunder system yang sama.
3.      Korteks asosiasi
Semua daerah korteks yang menerima input dari lebih dari satu system sensori. Sebagian besar input di daerah-daerah korteks asosiasi dating melalui daerah-daerah korteks sekunder.

Interaksi di antar ketiga tipe korteks sensori dan di antara struktur-struktur sensori lainnya ditandai oleh 3 prinsip utama, yaitu:
a.      Organisasi Hierarkis
Hierarki adalah sebuah system yang para anggotanya dapat ditempatkan ke tingkat atau peringkat tertentu dalam kaitnnya dengan anggota-anggota lainnya. Contohnya adalah pasukan tentara adalah sebuah system hierarki karena semua prajurit memiliki pangkat yang terkait dengan wewenangnya masing-masing. Dengan cara yang sama, struktur-struktur sensori terorganisasi dlam sebuah hierarki berdasarkan spesifisitas dan kompksitas.
Organisasi hierarkis system sensori tampak jelas dari pembandingan efek-efek kerusakan di berbagai tingkat. Semain tinggi tingkat kerusakannya, semakin spesifik, dan semakin kompleks pula defisitnya. Sebaliknya, destruksi pada sebuah daerah korteks sensori asosiasi atau korteks sensori sekunder biasanya menghasilkan deficit sensori yang kompleks dan spesifik, dan membiarkan kemampuan sensori fundamentalnya tetap utuh.
Menurut psikolog, organisasi hierarkis dibagi menjadi dua fase:
1.      Sensation (sensasi/ pengindraan) adalah proses mendeteksi keberadaan stimuli
2.      Perception (persepsi) adalah proses yang lebih tinggi, yakni mengintegrasikan, mengnali, dan menginterpretasikan pola-pola lengkap sensasi.

b.        Segregasi Fungsional
Maksudnya adalah masing-masing tingkat korteks serebral (primer), sekunder dan asosiasi di masing-masing system sensoris berisi daerah-daerah yang sangat berbeda secara gungsional, yang terspesialisasi di berbagai maca analisis.

c.         Pemrosesan Paralel
System parallel adalah system yang informasinya mengalir melalui berbagi kompnen melalui banya jalur parallel dalam jarnigan neural. Ada 2 jenis arus parallel yang berbeda secara fundamental dalam system sensori kta, yaitu:
a.       Sebuah arus yang mampu mempengarui perilaku tanpa kita ketahui secara sadar
b.      Arus yang mempengaruhi perilaku kita dengan kita ketahui secara sadar.

II.      Model Organisasi system Sensori saat ini
Gambar
Begiu banyaknya neuron yang turun melalui hierarki sensori. Meskipun kebanyakan neuron sensori membawa informasi dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki sensorinya masing-masing, beberapa mengoduksikannya dengan arah yang sebalinya (dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah). Hal ini disebut membawa top-downsign-als (sinyal-sinyal dari atas ke bawah).


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SISTEM AUDITORI
Sistem auditori adalah sel-sel sensorik di telinga dan koneksi pusat mereka di otak yang terlibat dalam indera pendengaran. Fungsinya adalah memersepsi bunyi atau lebih tepatnya persepsi tentang objek-objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang mereka timbulkan .
            Bunyi adalah vibrasi molekul udara yang menstimulasi system auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler antara sekitar 20-20.000 hertz (Hz)/putaran per detik.
Amplitudo,frekuensi dan kompleksitas vibrasi molekulerlah yang masing-masing paling erat terkait dengan persepsi tentang loudness,pitch dan warna nada. Dalam kehidupan nyata,bunyi selalu dikaitkan dengan pola vibrasi yang kompleks.

1.      TELINGA
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga
banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.
            Gelombang bunyi berjalan turun melalui kanal auditori dan menyebabkan membrane/selaput timpanik atau gendang telinga bergetar. Vibrasi inilah yang kemudian ditransfer ke ketiga osikel (tulang-tulang kecil di telinga tengah : martil,landasan,dan sanggurdi). Vibrasi sanggurdi memicu vibrasi selaput yang disebut jendela oval yang pada gilirannya mentransfer vibrasi itu ke cairan kokjlea (rumah siput).
            Kokhlea adalah sebuah tube panjang melingkar-lingkar (seperti kumparan) dengan selaput internal yang mengalir hingga hamper keujungnya. Selaput internal inilah yang merupakan organ reseptor auditori,organ corti. Organ corti terdiri atas dua selaput ; basiler dan tektorial. Reseptor auditori,sel rambut,menempel diselaput basiler dan selaput tektorial bersandar pada sel rambut.
            Prinsip utama pengodean kokhlear adalah frekuensi yang berbeda menghasilkan stimulasi maksimal terhadap sel-sel rambut di titik-titik yang berbeda disepanjang selaput basiler. Jadi banyaknya frekuensi komponen yang menyusun setiap bunti kompleks akan mengaktifkan sel rambut dibanyak titik yang berbeda disepanjang selaput basilar,dan banyaknya sinyal yang diciptakan oleh sebuah bunyi tunggal yang kompleks dibawa keluar dari telinga oleh banyak neuron auditori yang berbeda.
             Hal ini membawa kita ke misteri tak terpecahkan dalam pemrosesan auditori. Bayangkan bahwa diri anda berada disebuah pesta. Music dimainkan,orang berdansa, makan minum, dan sejumlah percakapan berlangsung disekitar anda. Oleh karena frekuensi komponen disetiap bunyi individual mengaktifkan banyak titik disepanjang selaput basiler anda,maka jumlah titik yang diaktifkan secara simultan pada waktu yang sama oleh berbagai suara dalam pesta itu bukan main banyaknya. Akan tetapi,entah bagaimana system auditori anda mampu menyortir pesan-pesan frekuensi individual ini menjadi kategori-kategori terpisah dan menggabungkannya sedemikian rupa sehingga anda mendengar setiap sumber dan bunyi kompleks itu secara independen.

a)      Dari Telinga ke Korteks Auditori Primer
Akson masing-masing syaraf auditori bersinapsis dinuklei kokhlear ipsilateral,darimanabanyak proyeksi menghasilkan superior olives dikedua sisi batang otak dilevel yang sama. Akson neuron olivaria berproyeksi melalui lemniskus lateral ke kolikuli inferior tempat mereka bersinapsis pada neuron yang berproyeksi ke nuclei genikulat medial dalam talamus,yang pada gilirannya berproyeksi ke korteks auditori primer.

b)      Mekanisme-Mekanisme Subkortikal dari Lokalisasi Bunyi.
Lokalisasi bunyi diruangan dimediasi oleh superior olives lateral dan medial,tetapidengan cara yang berbeda. Bila bunyi itu berasal dari bagian kiri seseorang,pertama-tama ia mencapai telinga kiri dan mendengar lebih keras di telinga kiri.

Superior olives medial dan lateral berproyeksi ke superior colliculus maupun ke kolikulus inferior. Banyak peneliti yang tertarik pada lokalisasi bunyi dengan meneliti burung hantu,karena burung hantu mampu menentukan lokasi sumber bunyi dengan lebih baik dibanding binatang lain. Tidak mengejutkan bila neuron auditori daerah kolikulus superior burung hantu sangat finelt tuned ; setiap neuron hanya merespon bunyi dari lokasi tertentu didekatnya. 

c)      Korteks Auditori Primer dan Sekunder

                                         
Pada primate, korteks auditori primer atau ini, yang menerima sebagian besar inputnya dari nucleus geikulat medial, terletak di lobus temporal, tersembunyi dai pandangn, dalm lateral fissure (fisura lateral)

Ada 2 prinsip dari organisasi korteks auditori primer, yaitu:
1.             Seperti korteks vusual primer, korteks auditori primer terorganisasi dalam kolom-kolom fungsional. Semua neuron yang diemui selama penetrasi mikroelektoda vertical terhadap korteks auditori primer (misalnya, penetrasi di sudut-sudut kanan lapisan-lapisan kortikal) cenderung merespons secara optimal bunyi-bunyi dalam rentang frekuensi yang sama.
2.             Seperti kokhlea, korteks auditori diorganisasikan secara tonotoikal. Setiap daerah dalam korteks auditori primer dan sekunder tampaknya diorganisasikan berdasarkan frekuensi


Komponen-komponen batang otak untuk sistem auditori tampak ekstentif. Jaringan subkortikal inilah yang memediasi sebagian besar aspek sederhana dalam persepsi auditori, dan membiarkan komponen-komponen krtikal hierarki auditori mengevaluasi property-propertiakuistik yang lebih kompleks.


d)     Efek-Efek Kerusakan pada Sistem Auditori
Tuli pada manusia adalah disabilitas manusia yang paling menonjol. Ada dua golongan hendaya pendengaran yang lazim dijumpai : hendaya yang terkait dengan kerusakan pada osikel dan yang terkait dengan kerusakan pada kokhlea. Bila hanya bagian kokhlea yang rusak,individu-individu dapat mengalami tuli-syaraf untuk frekuensi-frekuensi tertentu,tetapi tidak untuk yang lain.
Kehilangan pendengaran kadang-kadang berhubungan dengan tinnitus (bunyi dering di telinga). Bila hanya salah satu telinga yang rusak,dering itu dipersepsi berasal dari telinga. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada system auditori sentral yang disebabkan oleh ketulian penyebab tinnitus.
Sebagian orang yang mengalami tuli syaraf mendapatkan manfaat dari implantasi kokhlear. Implant kokhlear membypass kerusakan pada sel rambut auditori dengan mengonversikan bunyi-bunyi yang diambil oleh sebuah mikrofon ditelinga pasien menjadi sinyal-sinyal elektrik,yang kemudia dibawa kedalam kokhlea oleh bundelan elektroda. Meskipun implant kokhlea dapat memberikan manfaat besar tetapi tidak dapat memulihkan pendengaran normal. Semakin cepat seseorang menerima implan kokhlear setelah menjadi tuli,semakin besar kemungkinannya untuk mendapatkan manfaatnya,karena ketulian pada akhirnya akan menyebabkan regenerasi pada jalur-jalur neural auditori.


B.       SOMATOSENSORI:PERABA

            Somatosensasi mengacu pada sensasi di permukaan kulit. Somatosensoris tampaknya hanya mengacu pada satu sistem saja, yaitu sistem peraba, namun sebenarnya ia memiliki tiga  sistem yang berbeda namun saling berinteraksi satu sama lain, yaitu:
1) Sistem Proprioceptive, yang memonitor informasi tentang posisi tubuh berdasarkan reseptor di otot, persendian, dan organ-organ keseimbangan
2) Sistem Interoceptive, yang mampu menyediakan semua informasi tentang kondisi tubuh (temperatur, tekanan darah).
3) Sistem Exteroceptive, yang mengindera stimulus ekstenal yang dirasakan kulit. Sistem ini terdiri dari 3 divisi berbeda, yaitu : divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), divisi untuk stimuli thermal (temperatur), dan divisi untuk stimuli nosiseptif (rasa sakit).

1. Reseptor Kulit

Ada banyak macam reseptor pada kulit, 4 diantaranya adalah :

-         Pacinian Corpuscle. Reseptor ini mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil dan rasa sakit  yang datang.
-         Cutaneous Receptor, sangat sensitif terhadap suhu dan rasa sakit.
-         Reseptor Merkel dan Ruffini ending’s. Kedua reseptor ini beradaptasi dengan lamban dan keduanya merespon dengan paling kuat pada indensasi dan peregangan granual kulit.
Cara kerja reseptor-reseptor ini: Stimuli yang diterima kulit, merubah kimia reseptor itu , lalu merubah permeabilitas membran sel reseptor tersebut terhadap ion-ion. Hasilnya adalah sebuah sinyal neural.


2.Dermatome



 Serabut saraf yang membawa informasi dari reseptor Somatosensori dan Kutaneus berkumpul di  kumpulan saraf perifer yang selanjutnya masuk ke sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf di bagian dorsal (dorsal root). Bagian tubuh yang dipengaruhi dorsal root pada tiap segmen tulang belakang disebut Dermatome. Antara dermatome yang satu dengan yang lain ada tugas-tugas yang overlap atau saling mendukung, sehingga kerusakan pada dorsal root yang tunggal hanya akan menimbulkan efek somatosensoris yang minimal.


3.Dua Jalur Somasensori Utama

 


3.1.Sistem dorsal-column
Neuron-neuron sensoris pada sistem dorsal-column medial-lemniscus bentuknya sangat panjang. Dimulai dari reseptor di kulit, melewati saraf-saraf perifer, kemudian menuju sumsum tulang belakang melalui dorsal root. Neuron-neuron tersebut naik menuju cortex secara ipsilateral di dorsal columns. Akhirnya bersinapsis dengan neuron-neuron dorsal column di medulla (batang otak bagian bawah). Neuron-neuron pelanjut inidecussate (silang bertumpuk ke bagian otak yang lain) dan naik di bagian medial lemniscus ke ventralposterior nucleus secara kontralateral di thalamus. Ventral posterior nuclei juga menerima input melalui cabang-cabang saraf trigeminal yang membawa informasi somatosensoris dari bagian wajah yang kontralateral. Jadi neuron-neuron di ventral posterior akan melakukan proyeksi ke primary somatosensory cortex, secondary somatosensory cortex, dan posterior parietal cortex. Ahli-ahli neurologi memperkirakan bahwa bagian tubuh yang memiliki neuron terpanjang adalah bagian ibujari kaki.

3.2. Sistem anterolateral
Sistem anterolateral membawa informasi tentang sentuhan, tetapi fungsi utamanya adalah membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur. Sebagian besar neuron dorsal root pada sistem anterolateral langsung bersinapsis di substansi grissea (bagian dorsal horns pada sumsum tulang belakang). Axon penerima kemudian naik dan decussate ke otak, yaitu ke bagian anterolateral dari sumsum tulang belakang secara contralateral (meskipun ada beberapa yang diteruskan secara ipsilateral).
Sistem anterolateral terdiri dari tiga traktus, yaitu:
(1) Traktus Spinothalamic, yang mengirim impuls ke ventral posterior nuclei (seperti pada sistem dorsal-columnmedial-lemniscus)
(2) Traktus Spinoreticular, yang mengirim impuls ke reticular formation (kemudian diteruskan ke parafascicular dan nukleus intralaminar di thalamus),
(3) Tractus Spinotectal, yang membawa impuls ke tectum (ke collicul/i di midbrain).
Cabang-cabang saraf trigeminal membawa informasi rasa sakit dan temperatur dari kulit wajah ke bagian thalamus seperti di atas. Informasi rasa sakit dan temperatur yang mencapai thalamus, kemudian akan disampaikan ke bagian otak yang lain,termasuk ke primary somatosensory cortex dan secondary somatosensory cortex, serta posterior parietal cortex.
Dari penelitian Mark, Evin, dan Yakolev (1962). Tiap jalur sistem anterolateral menerima rangsang sakit yang berbeda-beda. Percobaan operasi terhadap objek penelitian menunjukkan bahwa :
- Pemotongan nucleus ventral-posterior, yang menerima input baik dari traktus spinothalamic dan sistem dorsal-column medial-lemniscus, mengakibatkan berkurangnya sensitivitas kulit terhadap sentuhan, perubahan temperatur, dan rasa sakit yang ditimbulkan dari benda tajam (tetapi tidak mengurangi rasa sakit terhadap sentuhan yang dalam dan bersifat terus menerus/kronis).
- Pemotongan parafascicular dan intralaminar (yang menerima input dari spinoreticular tract) menyebabkan berkurangnya sensitifiitas terhadap rasa sakit yang kronis tetapi tidak mengurangi sensitifitas yang lain.


4. Lokalisasi Kortikal dari Sensasi Somatis



Wilder Penfield (1937) membuat suatu peta tentang cortex somatosensory pada manusia. Pada cortex terdapat dua bagian sensorisomatis, yaitu :

4.1 Korteks Somatosensori Primer (SI) terletak di bagian Postcentral Gyrus.

SI bersifat Somatotopik (terorganisir menurut peta permukaan tubuh). Peta Somatotopik sering disebut Somatosensory Homunculus (manusia kecil). SI digunakan untuk menerima input dari bagian-bagian tubuh yang mampu melakukan diskriminasi taktil yang paling halus (contohnya : tangan, bibir, lidah).
            Setiap sel dalam kolom tertentu di SI memiliki sebuah medan reseptif yang merespon paling kuat ke tipe stimuli taktil yang sama (contohnya, sentuhan ringan atau panas). SI terdiri atas empat strip fungsional yang serupa tapi terpisah. Masing-masing strip sensitif terhadap jenis input somatosensori yang berbeda (misalnya sentukan atau tekanan ringan).
Kerusakan pada Korteks Somatosensori Primer  menyebabkan  :
-         hilangnya kemampuan untuk mendeteksi sentuhan yang ringan
-        hambatan Stereognosis (tidak dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan, misalnya diminta mengindentifikasi bentuk kubus (dengan mata ditutup), tetapi dikatakannya itu bentuk bola.

4.2 Korteks Somatosensori Sekunder (SII) terletak pada posisi ventral terhadap SI.
            SII menerima sebagian besar input dari SI oleh sebab itu dinamakan Korteks Somatosensori Sekunder. SII bersifat kontralateral yaitu menerima input potensial dari kedua sisi tubuh. Kerusakan pada bagian ini menyebabkan disfungsi pada kedua bagian tubuh (bilateral, baik kiri maupun kanan).


5. Agnosia Somatosensori
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mengenali suatu objek melalui sentuhan (seperti stereognosis di atas), tetapi tidak ada kelainan dalam intelektual, maupun dalam saraf-saraf sensorisnya, maka ia menderita Asterognosia.
Kelainan Asomatognosia, yaitu kegagalan untuk mengenali bagian tubuhnya sendiri. Asomatognosia umumnya berkaitan dengan kerusakan hemisphere sebelah kanan. Asomatognosia umumnya diikuti oleh Anosognosia (mengingkari symptom neurologisnya) dan Contralateral Neglect (tendensi untuk tidak merespon stimuli yang kontralateral terhadap kerusakan hemisphere sebelah kanan).


6. Paradoks tentang Rasa Sakit
            Paradoks adalah kontradiksi logis. Berikut ini adalah 3 hal penting yang bersifat paradoksikal pada persepsi rasa sakit :

6.1 Adaptivitas Rasa Sakit
            Rasa sakit merupakan pengalaman yang sepertinya begitu buruk, tapi kenyataannya sangat penting bagi keselamatan kita. Sakit adalah respon terhadap stimulasi yang membahayakan. Rasa sakit memperingatkan kita untuk menghentikan aktifitas kita dari kegiatan yang membahayakan atau mengperingatkan kita untuk mecari penanganan.

6.2 Tidak Adanya Representasi Kortikal yang Jelas untuk Rasa Sakit

Rasa sakit adalah pengalaman sensori yang unik sifatnya. Berdasarkan hasil penelitian, belum dapat ditentukan dengan pasti bagian cortex yang bila distimulasi akan meningkatkan rasa sakit atau bila dihilangkan akan mengurangi rasa sakit.
            Daerah korteks yang paling sering dikaitkan dengan pengalaman rasa sakit adalah Anterior Cingulate Cortex (Korteks Singulat Anterior dari bagian Girus Singulat Anterior). Bagian ini terlibat dalam reaksi emosional terhadap rasa sakit dari pada persepsi rasa sakit itu sendiri

.


6.3 Descending Pain Control
Ambang rasa sakit ternyata juga sangat tergantung pada faktor kognisi dan emosional seseorang. Contohnya karena faktor kepercayaan, seseorang tidak merasakan sakit meskipun tubuhnya ditusuk-tusuk dengan pisau tajam, atau tidur di atas paku. Juga para tentara yang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaannya, umumnya hanya akan merasakan sedikit  sakit pada kakinya yang hancur lebur saat menginjak ranjau darat.
Melzack dan Wall (1965), mengajukan teorigate-control, yaitu teori yang menyatakan bahwa faktor kognisi dan emosi dapat mempengaruhi sinyal dari otak yang akan disampaikan ke sumsum tulang belakang. Sinyal tersebut akan menimbulkan jaringan neural penjaga (gating circuit) yang memblokir reseptor rasa sakit.
Berikut ini adalah 3 temuan yang pengontrol rasa sakit yang bersifat Analgesia descending (turun dari atas ke bawah ) :
6.3.1. Stimulasi Elektrik pada PAG (Periaqueductal Gray) memiliki efek analgesia (memblokir rasa sakit)
6.3.2. Penemuan bahwa PAG dan daerah-daerah lain di otak berisi reseptor-reseptor yang terspesialisasi untuk obat-obat analgesik opiat seperti morfin.
6.3.3. Analgesia opiat endogen / Endorphin yang diprosuksi secara internal oleh tubuh.

7. Rasa Sakit Neuropatik
            Adalah rasa sakit kronis berat tanpa adanya stimulus penyebab kesakitan tersebut. Biasanya berkembang pasca kecelakaan, luka-luka sudah sembuh dan tampaknya sudah tidak ada lagi alasan untuk merasa sakit, tetapi pasien mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa.
            Rasa sakit Neuropatik belum diketahui penyebabnya, tetapi tampaknya disebabkan oleh perubahan patologis dalam sistem syaraf yang entah bagaimana terinduksi oleh cidera aslinya. Sumbernya biasanya adalah akitifitas dalam sistem syafaf pusat.


C. PENCIUMAN : OLFAKTORI
Penciuman adalah respons sistem olfaktori terhadap bahan-bahan kimia yang ada di udara, yang ditarik dengan menghirup napas melalui reseptor-reseptor dalam saluran-saluran nasal.
Olfaction (penciuman) dan gustation (pencecapan) disebut indra kimiawi karena fungsi keduanya  adalah untuk memantau kandungan kimia lingkungan. Olfaction (penciuman) dan gustation (pencecapan) sling berkaitan, sebagai contoh adalah ketika manusia makan, penciuman dan pencecapan bekerja secara serempak. Molekul-molekul makanan membangkitkan reseptor-reseptor penciuman dan pencecapan dana menghasilkan sebuah kesan sensori terintegrasi yang disebut flavor (rasa).
Pada manusia, peran adaptif utama indra kimiawi adalah pengenalan rasa. Akan tetapi, di banyak spesies lainnya, indra kimiawi juga berperan signifikan dalam meregulasi interaksi social. Para anggota banyak spesies melepaskan pheromones (feromon) bahan kimia yang mempengaruhi fisiologi dan perilaku conspecifics (anggota lain dari spesies yang sama). Contohnya adalah yang dig dikemukakan oleh murphy dan Schneider (1970) mengenai hamster jantan yang normal akan menyerang dan membunuh jantan-jantan asing yang ditempatkan dalam koloninya, sementara mereka mengawini dan menghamili betina-betina asing yang reseptif secara seksual. Akan tetapi, hamster jantan yang tidak mempu mencium penyusup tidak terlibat perilaku agresif  maupun seksual. Murphy dan Schneider mengonfirmasikan basis olfaktori perilaku agresif dan seksual hamster melalui jalan yang sangat berliku-liku. Mereka mengolesi seekor penyusup jantan dengan sekresi vaginal dari seekor betina yang reseptif secara seksual sebelum menempatkan si penyusup ke dalam koloni asing; dengan demikian mereka mengubah si penyusup dari objek pembunuhan menjadi objek pemuasan nafsu.
Contoh lain yang terjadi pada manusia adalah bahwa manusia melepaskan feromon seksual karena potensi finansial dan rekreasional. Banyak temuan sugestif mengenai itu sebagai contohnya yaitu:
1.      Sensitivitas olfaktori perempuan paling tinggi ketika mereka  sedang berovulasi atau hamil
2.      Siklus-siklus menstrual perempuan-perempuan yang tinggal bersama cenderung tersinkronisasi
3.      Manusia khususnya perempuan dapat menyebutkan jenis kelamin seseorang dari bau napas atau bau ketiaknya
4.      Manusia dapat menilai tahap siklus seseorang perempuan berdasarkan bau vaginalnya.
Akan tetapi, masih ada bukti langsung bahwa bau manusia dapat berfungsi sebagai atraktan seks.

a.               Sistem olfaktori
Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi dibagian atas hidung, melekat pada lapisan jaringan tertutup lendir yang sering disebut dengan olfactory mucosa (mukosa olfaktori). Dendrit-dendrit mereka berlokasi di saluran-saluran nasal dan akson-aksonnya melalui sebuah bagian porus di tulang tengkorak (cribriform plate) dan memasuki olfactory bulbs (bulbus olfaktori), yang bersinapsis pada neuron-neuron yang berproyeksi melalui traktus alfaktori ke otak.
Setiap traktus olfaktori berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal medial, termasuk amigdala dan korteks piriform (sebuah daerah korteks temporal media yang berdekatan dengan amigdala. System olfaktori adalah satu-satunya system yang jalur sensori utamanya mencapai korteks serebral tanpa harus terlebih dulu melalui thalamus.
Dua jalur olfaktori utama meninggalkan daerah piriform-amigdala. Yang satu berporyeksi secara menyebar ke system limbic, yang lain berproyeksi melalui nuclei dorsal medial thalamus ke korteks orbitofrontal (daerah korteks di permukaan inferior lobus frontal, disebelah orbits (lekuk mata)). Proyeksi limbilk memediasi resposn emosional terhadap bau. Proyeksi orbifrontal talamik memediasi persepsi yang disadari terhadap bau. Di bawah ini adalah gambar  mengenai sistem olfaktori.



b.      Kerusakan otak dan indra-indra kimiawi
Anosmia adalah Ketidakmampuan untuk mencium. Penyebab neurologis paling lazim adalah pukulan di kepala yang menyebabkan displacement otak dalam tenkorak dan memotong saraf-saraf olfaktori yang berjalan melalui cribiform plate (pelat sribriform).

D. PENCECAPAN : GUSTATORIK
Pecencapan adalah respons sistem gustatorik terhadap bahan kimia dalam larutan di rongga mulut. Di bawah ini adalah gambar dari permukaan lidah.


  1. System gustatory
Reseptor-reseptor pencecapan ditemukan di atas lidah dan di berbagai bagian rongga mulut. Mereka tampak dalam bentuk klaster yang terdiri atas sekitar 50 reseptor yang biasa disebut tante buds. Taste buds berlokasi di sekitar protuberance kecil yang biasa disebut paplillae (bentuk tunggalnya adalah papilla). Reseoptor-reseptor pencecapan tidak memiliki akson-aksonnya sendiri. Setiap neiuron yang membawa impuls dari sebuah tastebud menerima input dari banyak reseptor.


 Ada 4 pencecapan primer yaitu manis, asam, pahit dan asin. Dan empat macam reseptor pencecapan, satu untuk setiap rasa primer. Reseptor untuk rasa apappun diasumsikan sebagai produk dari jumlah relative aktivitas yang dihasilkan di keempat macam reseptor tersebut. Gambar dibawah ini menerangkan rasa pada bagian lidah.


Teori pemrosesan komponen sederhana tentang pencecapan ini memiliki beberapa masalah utam yaitu :
1.   Sekarang jelas bahwa paling sedikit ada lima rasa primer yaitu umami (gurih atau lezat) merupakan rasa yan g kelima.
2.   Banyak rasa yang tidak dapat diciptakan oleh kombinasi rasa primer.
3.   Beberapa rasa (asin dan asam) tampaknya tidak memiliki reseptor yang spesifik untuk rasa-rasa tersebut.
Jalur-jalur utama yang dilalui konduksi sinyal-sinyal gustatory ke korteks.neouron-neouron aferen gustatory meninggalkan mulut sebagai bagian saraf-saraf cranial wajah, glosofaringenal, dan vagus, yang membawa informasi masing-masing dari bagian depan lidah; bagian belakang lidah dan bagian belakang rongga mulut. Serabut-serabut ini semuanya berakhir di solitary nucleus (nucleus soliter) dari medulla, yang bersinapsis di neuron-neuron yang berproyeksi ke nucleus posterior ventral thalamus. Akson-akson gustatory nucleus posterior ventral berproyeksi ke korteks gustatory primer, yang berada di dekat daerah wajah di homunculus somatosensori, di bibir superior fisura lateral, dank e korteks gustatory sekunder, yang tersembunyi dari penglihatan dalam fusura lateral. Proyeksi-proyeksi system gustatory bersifat isilateral. Jadi, rasa-rasa tertentu tampaknya dikode di otak oleh profil-profil aktivitas di kelompok-kelompok neuron (misalnya, aktivitas yang tinggi di sebagian kelompok neuron dan rendah di sebagian kelompok neuron lainnya).

b. Kerusakan otak dan indra-indra kimiawi
Ageusia adalah Ketidakmampuan untuk mencecap.


E.  ATENSI SELEKTIF
Selektif attention (atensi/perhatian selektif) adalah proses memersepsi secara sadar sejumlah kecil subset dari banyak stimuli yang membangkitkan organ-organ sensori pada suatu saat dan mengabaikan sisanya.
Dua ciri-ciri dari atensi selektif:
1.      Meningkatkan persepsi terhadap stimuli yang menjadi fokusnya
2.      Menginterferensi persepsi stimuli yang tidak menjadi fokusnya
Contohnya adalah jika anda memfokuskan perhatian anda pada pengumuman yang terdengar penting di bandara yang bising, peluang anda untuk memahaminya meningkat; tetapi peluang anda untuk memahami komentar simultan dari sesame penumpang menjadi berkurang.
Atensi/perhatian dapat difokuskan dengan 2 cara:
1.      Proses-proses kognitif internal (atensi endogen)
Atensi endogen diduga dimediasi oleh mekanisme-mekanisme neural dari –atas-ke-bawah (dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah); sebagai contohnya adalah atensi kita dapat difokuskan pada bagian atas meja karena kita sedang mencari kunci kita.
2.      Kejadian eksternal (atensi eksternal)
Atensi eksternal atau biasa disebut atensi endogen diduga dimediasi oleh mekanisme-mekanisme neural dari bawah-ke-atas (dari  tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi); sebagai contohnya adalah ketika kita focus pada satu titik (kunci di atas meja) tanpa sadar kita tertarik melihat kucing yang sedang menjatuhkan lampu di atas meja.
Perubahan atensi visual yang melibatkan perpindahan pandangan disebut overt attention.
Coba perhatikan gambar di bawah ini:



Fokuskan pandangan anda pada +. Selanjutnya pindahkan perhatian anda pada tanpa mengubah pandangan anda dari +. Sekarang pindahan akan perhatian anda pada huruf-huruf lainp. Tanpa memindahkan pandangan anda dari +. Anda telah mengalami covert attention yaitu perpindahan atensi visual tanpa gerakan mata yang bekorespondensi dengannya melibatkan perpindahan pandangan.
Karakeristik penting lain dari atensi selektif adalah fenomenon pesta-koktail. Cocktail-party phenomenon (fenomenon pesta-koktail) adalah fakta bahwa bahkan ketika anda sendang memfokuskan perhatian begitu intens pada sebuah percakapan sehingga anda sama sekali tidak mengetahui isi percakapan-percakapan lain yang berlangsung di sekitar anda, disebutkannya nama anda di salah satu percakapan lain itu akan tiba-tiba mendapatkan akses ke kesadaran anda. Fenomenon ini menunjukka bahwa otak anda dapat memblokir semua stimuli dari kesadran anda kecuali stimuli jenis tertentu yang masih tetap memantau secara tak sadar stimuli yang dblokir itu jika sesuatu yang membutuhkan perhatian itu muncul.

Beberapa gangguan pada atensi selektif :
1.         Change blindness
Kebutaan terhadap perubahan. Change blindness terjadi karena berlawanan dengan impresi kita, ketika kita melihat sebuah scene, kita sama sekali tidak memiiliki ingatan akan bagian-bagian scene yang tidak menjadi focus perhatian kita.
2.         Simultanagnosia
Kesulitan dalam memerhatikan secara visual lebih dari satu objek apda saat yang sama. Oleh karena arus dorsal bertanggung jawab untuk objek-objek dalam ruang yang dilokalisasikan secara visual. Kerusakan yang berhubungan dengan simultanagnosia biasanya bilateral.

Ø   Mekanisme Nural Atensi
Kebanyakan penelitian tentang mekanisme atensi difokuskan pada atensi visual. Sebagai contohnya Moran dan Desimone (1985) orang pertama yang mendemonstrasikan efek-efek atensi pada aktivitas neural system visual. Mereka melatih monyet-monyet untuk memandang sebuah titik fiksasi di atas layar sementara mereka merekam aktivitas neuron-neuron di sbuah daerah prestriatum yang merupakan bagian arus ventral dan sangat sensitive terhadap warna. Di salah satu eksperimen, mereka merekam dari neuron-neuron individual yang merespons light bars merah atau hijau di medan rseptif mreka. Ketika monyet-monyet itu dilatih untuk mengerjakan tugas yang membutuhkan atensi ke stimulus merah, respons ke stimulus merah itu meningkat, dan rspons ke stimulus hijau berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi ketika monyet itu memerhatikan stimulus hijau.
Atensi selektif diduga bekerja dengan memperkuat respons neural ke aspek-aspek yang diperhatikan dan dengan melemahkan respons ke yang lainnya. Secara umum, antisipasi sebuah stimulus meningkatkan aktivitas neural di sirkuti yan gsama yang dipengaruhi oleh stimulus itu sendiri.

Daftar Pustaka

Pinel, John P.J. (2009). Biopsikologi: edisi ketujuh (Terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kalat, James W. (2009). Biopsikologi: edisi kesembilan (Terj).Jakarta :Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text