MEKANISME PERSEPSI ; PENDENGARAN, PERABAAN,
PENCIUMAN, PENCECAPAN, DAN ATENSI
Mata Kuliah :
Biopsikologi
DISUSUN
OLEH :
CAHYANINGSIH 46113310014
BUNGA ANNISA 46113310043
YULIAN
46113310009
DOSEN PENGAMPU
RIZKI DAWANTI M.Psi,Psi
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut kamus besar kata mekanisme dapat diartikan
sebagai cara kerja. Sedangkan persepsi adalah suatu
proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera
yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti
tentang stimulus yang diterimanya tersebut.
Dalam bab ini akan dibahas Mekanisme persepsi yang
difokuskan pada empat dari lima exteroceptive
sensory system (system pengindraan eksteroseptif). Yaitu:
1.
System auditori (pendengaran)
2.
System somatosensori (Perabaan)
3.
System olfaktori (Penciuman)
4.
System gustatorik (Pencecapan)
5.
Mekanisme atensi
I.
Prinsip-Prinsip Organisai Sistem Sensori
Menurut konvensi, daerah-daerah sensori korteks
terdiri dari 3 tipe yang satu sama lain berbeda secara fundamental. Yakni:
1.
Korteks sensori primer sebuah system
Daerah korteks sensori yang menerima sebagian besar
inputnya secara langsung dari nuclei penghantar talamik system tersebut.
2.
Korteks sensori sekunder
Sebuah system yang mencakup daerah-daerah korteks
sensori yang menerima sebagian besar inputnya dari korteks sensori primer system
itu atau dari daerah-daerah lain dalam korteks sensori sekunder system yang
sama.
3.
Korteks asosiasi
Semua daerah korteks yang menerima input dari lebih
dari satu system sensori. Sebagian besar input di daerah-daerah korteks
asosiasi dating melalui daerah-daerah korteks sekunder.
Interaksi di
antar ketiga tipe korteks sensori dan di antara struktur-struktur sensori
lainnya ditandai oleh 3 prinsip utama, yaitu:
a.
Organisasi Hierarkis
Hierarki adalah sebuah system yang para anggotanya
dapat ditempatkan ke tingkat atau peringkat tertentu dalam kaitnnya dengan
anggota-anggota lainnya. Contohnya adalah pasukan tentara adalah sebuah system
hierarki karena semua prajurit memiliki pangkat yang terkait dengan wewenangnya
masing-masing. Dengan cara yang sama, struktur-struktur sensori terorganisasi
dlam sebuah hierarki berdasarkan spesifisitas dan kompksitas.
Organisasi hierarkis system sensori tampak jelas
dari pembandingan efek-efek kerusakan di berbagai tingkat. Semain tinggi
tingkat kerusakannya, semakin spesifik, dan semakin kompleks pula defisitnya. Sebaliknya,
destruksi pada sebuah daerah korteks sensori asosiasi atau korteks sensori sekunder
biasanya menghasilkan deficit sensori yang kompleks dan spesifik, dan
membiarkan kemampuan sensori fundamentalnya tetap utuh.
Menurut psikolog, organisasi hierarkis dibagi
menjadi dua fase:
1.
Sensation (sensasi/ pengindraan) adalah proses mendeteksi keberadaan
stimuli
2.
Perception (persepsi) adalah proses yang lebih tinggi, yakni
mengintegrasikan, mengnali, dan menginterpretasikan pola-pola lengkap sensasi.
b.
Segregasi Fungsional
Maksudnya adalah masing-masing tingkat korteks
serebral (primer), sekunder dan asosiasi di masing-masing system sensoris
berisi daerah-daerah yang sangat berbeda secara gungsional, yang
terspesialisasi di berbagai maca analisis.
c.
Pemrosesan Paralel
System parallel adalah system yang informasinya
mengalir melalui berbagi kompnen melalui banya jalur parallel dalam jarnigan
neural. Ada 2 jenis arus parallel yang berbeda secara fundamental dalam system
sensori kta, yaitu:
a.
Sebuah arus yang mampu mempengarui perilaku tanpa kita ketahui secara
sadar
b.
Arus yang mempengaruhi perilaku kita dengan kita ketahui secara sadar.
II. Model Organisasi system Sensori saat ini
Gambar
Begiu banyaknya neuron yang turun melalui hierarki
sensori. Meskipun kebanyakan neuron sensori membawa informasi dari tingkat yang
lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki sensorinya
masing-masing, beberapa mengoduksikannya dengan arah yang sebalinya (dari
tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah). Hal ini disebut
membawa top-downsign-als (sinyal-sinyal dari atas ke bawah).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SISTEM
AUDITORI
Sistem auditori adalah sel-sel
sensorik di telinga dan koneksi pusat mereka di otak yang terlibat dalam indera
pendengaran. Fungsinya adalah memersepsi bunyi atau lebih tepatnya persepsi
tentang objek-objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang mereka timbulkan .
Bunyi adalah vibrasi molekul udara
yang menstimulasi system auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler
antara sekitar 20-20.000 hertz (Hz)/putaran per detik.
Amplitudo,frekuensi
dan kompleksitas vibrasi molekulerlah yang masing-masing paling erat terkait
dengan persepsi tentang loudness,pitch dan warna nada. Dalam kehidupan
nyata,bunyi selalu dikaitkan dengan pola vibrasi yang kompleks.
1. TELINGA
banyak
berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.
Gelombang bunyi berjalan turun
melalui kanal auditori dan menyebabkan membrane/selaput timpanik atau gendang
telinga bergetar. Vibrasi inilah yang kemudian ditransfer ke ketiga osikel
(tulang-tulang kecil di telinga tengah : martil,landasan,dan sanggurdi).
Vibrasi sanggurdi memicu vibrasi selaput yang disebut jendela oval yang pada
gilirannya mentransfer vibrasi itu ke cairan kokjlea (rumah siput).
Kokhlea adalah sebuah tube panjang
melingkar-lingkar (seperti kumparan) dengan selaput internal yang mengalir
hingga hamper keujungnya. Selaput internal inilah yang merupakan organ reseptor
auditori,organ corti. Organ corti terdiri atas dua selaput ; basiler dan
tektorial. Reseptor auditori,sel rambut,menempel diselaput basiler dan selaput
tektorial bersandar pada sel rambut.
Prinsip utama pengodean kokhlear
adalah frekuensi yang berbeda menghasilkan stimulasi maksimal terhadap sel-sel
rambut di titik-titik yang berbeda disepanjang selaput basiler. Jadi banyaknya
frekuensi komponen yang menyusun setiap bunti kompleks akan mengaktifkan sel
rambut dibanyak titik yang berbeda disepanjang selaput basilar,dan banyaknya
sinyal yang diciptakan oleh sebuah bunyi tunggal yang kompleks dibawa keluar
dari telinga oleh banyak neuron auditori yang berbeda.
a) Dari
Telinga ke Korteks Auditori Primer
Akson masing-masing syaraf auditori
bersinapsis dinuklei kokhlear ipsilateral,darimanabanyak proyeksi menghasilkan
superior olives dikedua sisi batang otak dilevel yang sama. Akson neuron
olivaria berproyeksi melalui lemniskus lateral ke kolikuli inferior tempat
mereka bersinapsis pada neuron yang berproyeksi ke nuclei genikulat medial
dalam talamus,yang pada gilirannya berproyeksi ke korteks auditori primer.
b) Mekanisme-Mekanisme
Subkortikal dari Lokalisasi Bunyi.
Lokalisasi bunyi
diruangan dimediasi oleh superior olives lateral dan medial,tetapidengan cara
yang berbeda. Bila bunyi itu berasal dari bagian kiri seseorang,pertama-tama ia
mencapai telinga kiri dan mendengar lebih keras di telinga kiri.
Superior olives medial dan lateral berproyeksi ke superior
colliculus maupun ke kolikulus inferior. Banyak peneliti yang tertarik
pada lokalisasi bunyi dengan meneliti burung hantu,karena burung hantu mampu
menentukan lokasi sumber bunyi dengan lebih baik dibanding binatang lain. Tidak
mengejutkan bila neuron auditori daerah kolikulus superior burung hantu sangat
finelt tuned ; setiap neuron hanya merespon bunyi dari lokasi tertentu didekatnya.
c) Korteks
Auditori Primer dan Sekunder
Pada primate, korteks auditori primer atau ini, yang menerima sebagian
besar inputnya dari nucleus geikulat medial, terletak di lobus temporal,
tersembunyi dai pandangn, dalm lateral fissure (fisura lateral)
Ada 2 prinsip dari organisasi korteks auditori primer, yaitu:
1.
Seperti korteks vusual primer, korteks auditori primer terorganisasi
dalam kolom-kolom fungsional. Semua neuron yang diemui selama penetrasi
mikroelektoda vertical terhadap korteks auditori primer (misalnya, penetrasi di
sudut-sudut kanan lapisan-lapisan kortikal) cenderung merespons secara optimal
bunyi-bunyi dalam rentang frekuensi yang sama.
2.
Seperti kokhlea, korteks auditori diorganisasikan secara tonotoikal. Setiap
daerah dalam korteks auditori primer dan sekunder tampaknya diorganisasikan
berdasarkan frekuensi
Komponen-komponen batang
otak untuk sistem auditori tampak ekstentif. Jaringan subkortikal inilah yang
memediasi sebagian besar aspek sederhana dalam persepsi auditori, dan
membiarkan komponen-komponen krtikal hierarki auditori mengevaluasi property-propertiakuistik
yang lebih kompleks.
d) Efek-Efek
Kerusakan pada Sistem Auditori
Tuli pada manusia
adalah disabilitas manusia yang paling menonjol. Ada dua golongan hendaya pendengaran
yang lazim dijumpai : hendaya yang terkait dengan kerusakan pada osikel dan
yang terkait dengan kerusakan pada kokhlea. Bila hanya bagian kokhlea yang
rusak,individu-individu dapat mengalami tuli-syaraf untuk frekuensi-frekuensi
tertentu,tetapi tidak untuk yang lain.
Kehilangan pendengaran
kadang-kadang berhubungan dengan tinnitus (bunyi dering di telinga). Bila hanya
salah satu telinga yang rusak,dering itu dipersepsi berasal dari telinga. Hal
ini menunjukkan bahwa perubahan pada system auditori sentral yang disebabkan
oleh ketulian penyebab tinnitus.
Sebagian orang yang mengalami tuli
syaraf mendapatkan manfaat dari implantasi kokhlear. Implant
kokhlear membypass kerusakan pada sel rambut auditori dengan mengonversikan
bunyi-bunyi yang diambil oleh sebuah mikrofon ditelinga pasien menjadi
sinyal-sinyal elektrik,yang kemudia dibawa kedalam kokhlea oleh bundelan
elektroda. Meskipun implant kokhlea dapat memberikan manfaat besar tetapi tidak
dapat memulihkan pendengaran normal. Semakin cepat seseorang menerima implan
kokhlear setelah menjadi tuli,semakin besar kemungkinannya untuk mendapatkan
manfaatnya,karena ketulian pada akhirnya akan menyebabkan regenerasi pada jalur-jalur
neural auditori.
B. SOMATOSENSORI:PERABA
Somatosensasi mengacu pada sensasi
di permukaan kulit. Somatosensoris tampaknya hanya mengacu pada satu sistem
saja, yaitu sistem peraba, namun sebenarnya ia memiliki tiga sistem yang berbeda namun saling berinteraksi
satu sama lain, yaitu:
1) Sistem
Proprioceptive, yang memonitor informasi tentang posisi tubuh berdasarkan
reseptor di otot, persendian, dan organ-organ keseimbangan
2) Sistem
Interoceptive, yang mampu menyediakan semua informasi tentang kondisi tubuh
(temperatur, tekanan darah).
3) Sistem
Exteroceptive, yang mengindera stimulus ekstenal yang dirasakan kulit. Sistem
ini terdiri dari 3 divisi berbeda, yaitu : divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), divisi untuk
stimuli thermal (temperatur), dan
divisi untuk stimuli nosiseptif (rasa
sakit).
1.
Reseptor Kulit
Ada banyak
macam reseptor pada kulit, 4 diantaranya adalah :
-
Pacinian Corpuscle.
Reseptor ini mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil dan rasa
sakit yang datang.
-
Cutaneous Receptor,
sangat sensitif terhadap suhu dan rasa sakit.
-
Reseptor Merkel dan
Ruffini ending’s. Kedua reseptor ini beradaptasi dengan lamban dan keduanya merespon
dengan paling kuat pada indensasi dan peregangan granual kulit.
Cara kerja reseptor-reseptor
ini: Stimuli yang diterima kulit, merubah kimia reseptor itu , lalu merubah
permeabilitas membran sel reseptor tersebut terhadap ion-ion. Hasilnya adalah
sebuah sinyal neural.
2.Dermatome
3.Dua Jalur
Somasensori Utama
3.1.Sistem dorsal-column
Neuron-neuron
sensoris pada sistem dorsal-column medial-lemniscus bentuknya sangat panjang.
Dimulai dari reseptor di kulit, melewati saraf-saraf perifer, kemudian menuju
sumsum tulang belakang melalui dorsal root. Neuron-neuron tersebut naik menuju
cortex secara ipsilateral di dorsal columns. Akhirnya bersinapsis dengan
neuron-neuron dorsal column di medulla (batang otak bagian bawah).
Neuron-neuron pelanjut inidecussate (silang bertumpuk ke bagian otak yang lain)
dan naik di bagian medial lemniscus ke ventralposterior nucleus secara
kontralateral di thalamus. Ventral posterior nuclei juga menerima input melalui
cabang-cabang saraf trigeminal yang membawa informasi somatosensoris dari
bagian wajah yang kontralateral. Jadi neuron-neuron di ventral posterior akan
melakukan proyeksi ke primary somatosensory cortex, secondary somatosensory
cortex, dan posterior parietal cortex. Ahli-ahli neurologi memperkirakan bahwa
bagian tubuh yang memiliki neuron terpanjang adalah bagian ibujari kaki.
3.2. Sistem anterolateral
Sistem
anterolateral membawa informasi tentang sentuhan, tetapi fungsi utamanya adalah
membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur. Sebagian besar neuron
dorsal root pada sistem anterolateral langsung bersinapsis di substansi grissea
(bagian dorsal horns pada sumsum tulang belakang). Axon penerima kemudian naik
dan decussate ke otak, yaitu ke bagian anterolateral dari sumsum tulang
belakang secara contralateral (meskipun ada beberapa yang diteruskan secara
ipsilateral).
Sistem anterolateral
terdiri dari tiga traktus, yaitu:
(1) Traktus
Spinothalamic, yang mengirim impuls ke ventral posterior nuclei (seperti pada
sistem dorsal-columnmedial-lemniscus)
(2) Traktus
Spinoreticular, yang mengirim impuls ke reticular formation (kemudian
diteruskan ke parafascicular dan nukleus intralaminar di thalamus),
(3) Tractus
Spinotectal, yang membawa impuls ke tectum (ke collicul/i di midbrain).
Cabang-cabang
saraf trigeminal membawa informasi rasa sakit dan temperatur dari kulit wajah
ke bagian thalamus seperti di atas. Informasi rasa sakit dan temperatur yang
mencapai thalamus, kemudian akan disampaikan ke bagian otak yang lain,termasuk
ke primary somatosensory cortex dan secondary somatosensory cortex, serta
posterior parietal cortex.
Dari
penelitian Mark, Evin, dan Yakolev (1962). Tiap jalur sistem anterolateral
menerima rangsang sakit yang berbeda-beda. Percobaan operasi terhadap objek
penelitian menunjukkan bahwa :
-
Pemotongan nucleus ventral-posterior,
yang menerima input baik dari traktus spinothalamic dan sistem dorsal-column
medial-lemniscus, mengakibatkan berkurangnya sensitivitas kulit terhadap
sentuhan, perubahan temperatur, dan rasa sakit yang ditimbulkan dari benda
tajam (tetapi tidak mengurangi rasa sakit terhadap sentuhan yang dalam dan
bersifat terus menerus/kronis).
-
Pemotongan parafascicular dan
intralaminar (yang menerima input dari spinoreticular tract) menyebabkan
berkurangnya sensitifiitas terhadap rasa sakit yang kronis tetapi tidak mengurangi
sensitifitas yang lain.
4. Lokalisasi
Kortikal dari Sensasi Somatis
Wilder
Penfield (1937) membuat suatu peta tentang cortex somatosensory pada manusia. Pada cortex terdapat dua bagian
sensorisomatis, yaitu :
4.1 Korteks Somatosensori Primer (SI) terletak
di bagian Postcentral Gyrus.
SI
bersifat Somatotopik (terorganisir menurut peta permukaan tubuh). Peta
Somatotopik sering disebut Somatosensory Homunculus (manusia kecil). SI
digunakan untuk menerima input dari bagian-bagian tubuh yang mampu melakukan
diskriminasi taktil yang paling halus (contohnya : tangan, bibir, lidah).
Setiap
sel dalam kolom tertentu di SI memiliki sebuah medan reseptif yang merespon
paling kuat ke tipe stimuli taktil yang sama (contohnya, sentuhan ringan atau
panas). SI terdiri atas empat strip fungsional yang serupa tapi
terpisah. Masing-masing strip sensitif terhadap jenis input
somatosensori yang berbeda (misalnya sentukan atau tekanan ringan).
Kerusakan
pada Korteks Somatosensori Primer
menyebabkan :
-
hilangnya kemampuan
untuk mendeteksi sentuhan yang ringan
- hambatan Stereognosis
(tidak dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan, misalnya diminta
mengindentifikasi bentuk kubus (dengan mata ditutup), tetapi dikatakannya itu
bentuk bola.
4.2 Korteks Somatosensori Sekunder (SII)
terletak pada posisi ventral terhadap SI.
SII menerima sebagian besar input
dari SI oleh sebab itu dinamakan Korteks Somatosensori Sekunder. SII bersifat
kontralateral yaitu menerima input potensial dari kedua sisi tubuh. Kerusakan
pada bagian ini menyebabkan disfungsi pada kedua bagian tubuh (bilateral, baik
kiri maupun kanan).
5. Agnosia Somatosensori
Seseorang
yang mengalami hambatan dalam mengenali suatu objek melalui sentuhan (seperti
stereognosis di atas), tetapi tidak ada kelainan dalam intelektual, maupun
dalam saraf-saraf sensorisnya, maka ia menderita Asterognosia.
Kelainan Asomatognosia, yaitu kegagalan untuk
mengenali bagian tubuhnya sendiri. Asomatognosia umumnya berkaitan dengan
kerusakan hemisphere sebelah kanan. Asomatognosia umumnya diikuti oleh
Anosognosia (mengingkari symptom neurologisnya) dan Contralateral Neglect
(tendensi untuk tidak merespon stimuli yang kontralateral terhadap kerusakan
hemisphere sebelah kanan).
6. Paradoks tentang Rasa Sakit
Paradoks
adalah kontradiksi logis. Berikut ini adalah 3 hal penting yang bersifat
paradoksikal pada persepsi rasa sakit :
6.1 Adaptivitas Rasa Sakit
Rasa
sakit merupakan pengalaman yang sepertinya begitu buruk, tapi kenyataannya
sangat penting bagi keselamatan kita. Sakit adalah respon terhadap stimulasi
yang membahayakan. Rasa sakit memperingatkan kita untuk menghentikan aktifitas
kita dari kegiatan yang membahayakan atau mengperingatkan kita untuk mecari
penanganan.
6.2 Tidak Adanya Representasi Kortikal yang Jelas
untuk Rasa Sakit
Rasa
sakit adalah pengalaman sensori yang unik sifatnya. Berdasarkan hasil
penelitian, belum dapat ditentukan dengan pasti bagian cortex yang bila
distimulasi akan meningkatkan rasa sakit atau bila dihilangkan akan mengurangi
rasa sakit.
Daerah korteks yang paling sering
dikaitkan dengan pengalaman rasa sakit adalah Anterior Cingulate Cortex
(Korteks Singulat Anterior dari bagian Girus Singulat Anterior). Bagian ini
terlibat dalam reaksi emosional terhadap rasa sakit dari pada persepsi rasa
sakit itu sendiri
.
6.3
Descending Pain Control
Ambang
rasa sakit ternyata juga sangat tergantung pada faktor kognisi dan emosional
seseorang. Contohnya karena faktor kepercayaan, seseorang tidak merasakan sakit
meskipun tubuhnya ditusuk-tusuk dengan pisau tajam, atau tidur di atas paku.
Juga para tentara yang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaannya, umumnya
hanya akan merasakan sedikit sakit pada
kakinya yang hancur lebur saat menginjak ranjau darat.
Melzack
dan Wall (1965), mengajukan teorigate-control,
yaitu teori yang menyatakan bahwa faktor kognisi dan emosi dapat mempengaruhi
sinyal dari otak yang akan disampaikan ke sumsum tulang belakang. Sinyal
tersebut akan menimbulkan jaringan neural penjaga (gating circuit) yang
memblokir reseptor rasa sakit.
Berikut
ini adalah 3 temuan yang pengontrol rasa sakit yang bersifat Analgesia descending (turun dari atas ke
bawah ) :
6.3.1.
Stimulasi Elektrik pada PAG (Periaqueductal Gray) memiliki efek analgesia
(memblokir rasa sakit)
6.3.2.
Penemuan bahwa PAG dan daerah-daerah lain di otak berisi reseptor-reseptor yang
terspesialisasi untuk obat-obat analgesik opiat seperti morfin.
6.3.3.
Analgesia opiat endogen / Endorphin yang diprosuksi secara internal oleh tubuh.
7. Rasa Sakit Neuropatik
Adalah rasa sakit kronis berat tanpa
adanya stimulus penyebab kesakitan tersebut. Biasanya berkembang pasca
kecelakaan, luka-luka sudah sembuh dan tampaknya sudah tidak ada lagi alasan
untuk merasa sakit, tetapi pasien mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa.
Rasa sakit Neuropatik belum
diketahui penyebabnya, tetapi tampaknya disebabkan oleh perubahan patologis
dalam sistem syaraf yang entah bagaimana terinduksi oleh cidera aslinya.
Sumbernya biasanya adalah akitifitas dalam sistem syafaf pusat.
C. PENCIUMAN
: OLFAKTORI
Penciuman adalah respons
sistem olfaktori terhadap bahan-bahan kimia yang ada di udara, yang ditarik
dengan menghirup napas melalui reseptor-reseptor dalam saluran-saluran nasal.
Olfaction (penciuman) dan
gustation (pencecapan) disebut indra kimiawi karena fungsi keduanya adalah untuk memantau kandungan kimia
lingkungan. Olfaction (penciuman) dan gustation (pencecapan) sling berkaitan, sebagai contoh adalah ketika
manusia makan, penciuman dan pencecapan bekerja secara serempak.
Molekul-molekul makanan membangkitkan reseptor-reseptor penciuman dan
pencecapan dana menghasilkan sebuah kesan sensori terintegrasi yang disebut
flavor (rasa).
Pada manusia, peran adaptif
utama indra kimiawi adalah pengenalan rasa. Akan tetapi, di banyak spesies
lainnya, indra kimiawi juga berperan signifikan dalam meregulasi interaksi
social. Para anggota banyak spesies melepaskan pheromones (feromon) bahan kimia
yang mempengaruhi fisiologi dan perilaku conspecifics
(anggota lain dari spesies yang sama). Contohnya adalah yang dig
dikemukakan oleh murphy dan Schneider (1970) mengenai hamster jantan yang
normal akan menyerang dan membunuh jantan-jantan asing yang ditempatkan dalam
koloninya, sementara mereka mengawini dan menghamili betina-betina asing yang
reseptif secara seksual. Akan tetapi, hamster jantan yang tidak mempu mencium
penyusup tidak terlibat perilaku agresif
maupun seksual. Murphy dan Schneider mengonfirmasikan basis olfaktori
perilaku agresif dan seksual hamster melalui jalan yang sangat berliku-liku.
Mereka mengolesi seekor penyusup jantan dengan sekresi vaginal dari seekor
betina yang reseptif secara seksual sebelum menempatkan si penyusup ke dalam
koloni asing; dengan demikian mereka mengubah si penyusup dari objek pembunuhan
menjadi objek pemuasan nafsu.
Contoh lain yang terjadi pada
manusia adalah bahwa manusia melepaskan feromon seksual karena potensi
finansial dan rekreasional. Banyak temuan sugestif mengenai itu sebagai
contohnya yaitu:
1. Sensitivitas
olfaktori perempuan paling tinggi ketika mereka
sedang berovulasi atau hamil
2. Siklus-siklus
menstrual perempuan-perempuan yang tinggal bersama cenderung tersinkronisasi
3. Manusia
khususnya perempuan dapat menyebutkan jenis kelamin seseorang dari bau napas
atau bau ketiaknya
4. Manusia
dapat menilai tahap siklus seseorang perempuan berdasarkan bau vaginalnya.
Akan tetapi, masih ada bukti langsung bahwa bau
manusia dapat berfungsi sebagai atraktan seks.
a.
Sistem
olfaktori
Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi dibagian atas
hidung, melekat pada lapisan jaringan tertutup lendir yang sering disebut
dengan olfactory mucosa (mukosa olfaktori). Dendrit-dendrit mereka berlokasi di
saluran-saluran nasal dan akson-aksonnya melalui sebuah bagian porus di tulang
tengkorak (cribriform plate) dan memasuki olfactory bulbs (bulbus olfaktori),
yang bersinapsis pada neuron-neuron yang berproyeksi melalui traktus alfaktori
ke otak.
Setiap traktus olfaktori
berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal medial, termasuk amigdala dan korteks piriform (sebuah daerah korteks
temporal media yang berdekatan dengan amigdala. System olfaktori adalah
satu-satunya system yang jalur sensori utamanya mencapai korteks serebral tanpa
harus terlebih dulu melalui thalamus.
Dua
jalur olfaktori utama meninggalkan daerah piriform-amigdala. Yang satu
berporyeksi secara menyebar ke system limbic, yang lain berproyeksi melalui
nuclei dorsal medial thalamus ke korteks orbitofrontal (daerah korteks di
permukaan inferior lobus frontal, disebelah orbits (lekuk mata)). Proyeksi
limbilk memediasi resposn emosional terhadap bau. Proyeksi orbifrontal talamik
memediasi persepsi yang disadari terhadap bau. Di bawah ini adalah gambar mengenai sistem olfaktori.
b.
Kerusakan
otak dan indra-indra kimiawi
Anosmia adalah Ketidakmampuan untuk mencium.
Penyebab neurologis paling lazim adalah pukulan di kepala yang menyebabkan
displacement otak dalam tenkorak dan memotong saraf-saraf olfaktori yang
berjalan melalui cribiform plate (pelat sribriform).
D. PENCECAPAN : GUSTATORIK
Pecencapan adalah respons
sistem gustatorik terhadap bahan kimia dalam larutan di rongga mulut. Di bawah
ini adalah gambar dari permukaan lidah.
- System gustatory
Reseptor-reseptor
pencecapan ditemukan di atas lidah dan di berbagai bagian rongga mulut. Mereka
tampak dalam bentuk klaster yang terdiri atas sekitar 50 reseptor yang biasa
disebut tante buds. Taste buds berlokasi di sekitar protuberance kecil yang
biasa disebut paplillae (bentuk tunggalnya adalah papilla). Reseoptor-reseptor
pencecapan tidak memiliki akson-aksonnya sendiri. Setiap neiuron yang membawa
impuls dari sebuah tastebud menerima input dari banyak reseptor.
Ada
4 pencecapan primer yaitu manis, asam, pahit dan asin. Dan empat macam reseptor
pencecapan, satu untuk setiap rasa primer. Reseptor untuk rasa apappun
diasumsikan sebagai produk dari jumlah relative aktivitas yang dihasilkan di
keempat macam reseptor tersebut. Gambar dibawah ini menerangkan rasa pada bagian lidah.
Teori pemrosesan
komponen sederhana tentang pencecapan ini memiliki beberapa masalah utam yaitu
:
1.
Sekarang
jelas bahwa paling sedikit ada lima rasa primer yaitu umami (gurih atau lezat)
merupakan rasa yan g kelima.
2.
Banyak
rasa yang tidak dapat diciptakan oleh kombinasi rasa primer.
3.
Beberapa
rasa (asin dan asam) tampaknya tidak memiliki reseptor yang spesifik untuk
rasa-rasa tersebut.
Jalur-jalur
utama yang dilalui konduksi sinyal-sinyal gustatory ke korteks.neouron-neouron
aferen gustatory meninggalkan mulut sebagai bagian saraf-saraf cranial wajah,
glosofaringenal, dan vagus, yang membawa informasi masing-masing dari bagian
depan lidah; bagian belakang lidah dan bagian belakang rongga mulut.
Serabut-serabut ini semuanya berakhir di solitary nucleus (nucleus soliter)
dari medulla, yang bersinapsis di neuron-neuron yang berproyeksi ke nucleus
posterior ventral thalamus. Akson-akson gustatory nucleus posterior ventral
berproyeksi ke korteks gustatory primer, yang berada di dekat daerah wajah di
homunculus somatosensori, di bibir superior fisura lateral, dank e korteks
gustatory sekunder, yang tersembunyi dari penglihatan dalam fusura lateral.
Proyeksi-proyeksi system gustatory bersifat isilateral. Jadi, rasa-rasa
tertentu tampaknya dikode di otak oleh profil-profil aktivitas di
kelompok-kelompok neuron (misalnya, aktivitas yang tinggi di sebagian kelompok
neuron dan rendah di sebagian kelompok neuron lainnya).
b. Kerusakan
otak dan indra-indra kimiawi
Ageusia adalah Ketidakmampuan untuk mencecap.
E. ATENSI SELEKTIF
Selektif attention
(atensi/perhatian selektif) adalah proses memersepsi secara sadar sejumlah
kecil subset dari banyak stimuli yang membangkitkan organ-organ sensori pada
suatu saat dan mengabaikan sisanya.
Dua ciri-ciri dari atensi selektif:
1. Meningkatkan
persepsi terhadap stimuli yang menjadi fokusnya
2. Menginterferensi
persepsi stimuli yang tidak menjadi fokusnya
Contohnya adalah jika anda
memfokuskan perhatian anda pada pengumuman yang terdengar penting di bandara
yang bising, peluang anda untuk memahaminya meningkat; tetapi peluang anda
untuk memahami komentar simultan dari sesame penumpang menjadi berkurang.
Atensi/perhatian dapat difokuskan dengan 2
cara:
1.
Proses-proses
kognitif internal (atensi endogen)
Atensi endogen diduga dimediasi oleh mekanisme-mekanisme
neural dari –atas-ke-bawah (dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang
lebih rendah); sebagai contohnya adalah atensi kita dapat difokuskan pada
bagian atas meja karena kita sedang mencari kunci kita.
2.
Kejadian
eksternal (atensi eksternal)
Atensi eksternal atau biasa disebut atensi
endogen diduga dimediasi oleh mekanisme-mekanisme neural dari bawah-ke-atas
(dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi); sebagai contohnya adalah ketika kita focus pada
satu titik (kunci di atas meja) tanpa sadar kita tertarik melihat kucing yang
sedang menjatuhkan lampu di atas meja.
Perubahan
atensi visual yang melibatkan perpindahan pandangan disebut overt attention.
Coba
perhatikan gambar di bawah ini:
Fokuskan
pandangan anda pada +. Selanjutnya pindahkan perhatian anda pada tanpa mengubah
pandangan anda dari +. Sekarang pindahan akan perhatian anda pada huruf-huruf
lainp. Tanpa memindahkan pandangan anda dari +. Anda telah mengalami covert
attention yaitu perpindahan atensi visual tanpa gerakan mata yang
bekorespondensi dengannya melibatkan perpindahan pandangan.
Karakeristik
penting lain dari atensi selektif adalah fenomenon pesta-koktail.
Cocktail-party phenomenon (fenomenon pesta-koktail) adalah fakta bahwa bahkan
ketika anda sendang memfokuskan perhatian begitu intens pada sebuah percakapan
sehingga anda sama sekali tidak mengetahui isi percakapan-percakapan lain yang
berlangsung di sekitar anda, disebutkannya nama anda di salah satu percakapan
lain itu akan tiba-tiba mendapatkan akses ke kesadaran anda. Fenomenon ini
menunjukka bahwa otak anda dapat memblokir semua stimuli dari kesadran anda
kecuali stimuli jenis tertentu yang masih tetap memantau secara tak sadar
stimuli yang dblokir itu jika sesuatu yang membutuhkan perhatian itu muncul.
Beberapa gangguan pada atensi selektif :
1.
Change blindness
Kebutaan terhadap
perubahan. Change blindness terjadi karena berlawanan dengan impresi kita,
ketika kita melihat sebuah scene, kita sama sekali tidak memiiliki ingatan akan
bagian-bagian scene yang tidak menjadi focus perhatian kita.
2.
Simultanagnosia
Kesulitan dalam
memerhatikan secara visual lebih dari satu objek apda saat yang sama. Oleh
karena arus dorsal bertanggung jawab untuk objek-objek dalam ruang yang
dilokalisasikan secara visual. Kerusakan yang berhubungan dengan
simultanagnosia biasanya bilateral.
Ø
Mekanisme Nural Atensi
Kebanyakan
penelitian tentang mekanisme atensi difokuskan pada atensi visual. Sebagai
contohnya Moran dan Desimone (1985) orang pertama yang mendemonstrasikan
efek-efek atensi pada aktivitas neural system visual. Mereka melatih
monyet-monyet untuk memandang sebuah titik fiksasi di atas layar sementara
mereka merekam aktivitas neuron-neuron di sbuah daerah prestriatum yang
merupakan bagian arus ventral dan sangat sensitive terhadap warna. Di salah
satu eksperimen, mereka merekam dari neuron-neuron individual yang merespons
light bars merah atau hijau di medan rseptif mreka. Ketika monyet-monyet itu
dilatih untuk mengerjakan tugas yang membutuhkan atensi ke stimulus merah,
respons ke stimulus merah itu meningkat, dan rspons ke stimulus hijau
berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi ketika monyet itu memerhatikan stimulus
hijau.
Atensi
selektif diduga bekerja dengan memperkuat respons neural ke aspek-aspek yang
diperhatikan dan dengan melemahkan respons ke yang lainnya. Secara umum,
antisipasi sebuah stimulus meningkatkan aktivitas neural di sirkuti yan gsama
yang dipengaruhi oleh stimulus itu sendiri.
Daftar Pustaka
Pinel, John
P.J. (2009). Biopsikologi: edisi ketujuh
(Terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kalat, James W.
(2009). Biopsikologi: edisi kesembilan
(Terj).Jakarta :Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar